dan صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيته فان غمى عليكم فاكملوا العدد

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "dan صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيته فان غمى عليكم فاكملوا العدد"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP UMUM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENGGUNAKAN METODE RUKYAT A. Pengertian Rukyat Penentuan awal bulan kamariah adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan beragama Islam. Banyak kegiatan ibadah yang pelaksanaannya berkaitan dengan perhitungan bulan kamariah seperti puasa Ramadan, hari raya idul fitri dan idul adha, haji pada bulan Zulhijah, dan sebagainya. Demikian pula peringatan hari-hari besar Islam. Tahun baru Islam, peringatan maulid nabi, dan peringatan Isra Mi raj nabi adalah kegiatan yang memerlukan perhitungan awal bulan kamariah. Menurut hadis nabi 1 dan صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيته فان غمى عليكم فاكملوا العدد yang senada tetapi tak serupa dengan riwayat Muslim tersebut yang صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيته فان غبي عليكم فاكملوا عدة شعبان diriwayatkan oleh Bukhari 2 perintah agar berpuasa setelah melihat atau mengetahui hilal yang ثلاثين dapat diketahui dengan melakukan rukyat langsung di lapangan, perhitungan astronomis, atau dengan menggenapkan (bulan Sya ban, menurut hadis Bukhari di atas) menjadi 30 hari apabila tertutup awan atau yang biasa disebut istikmal. 1 Abu Husain Muslim bin al-hajjaj al-qusyairi an-naisaburi, Shahih Muslim, Beirut: Ihyau al-thuros al-arabi, 1991, hlm Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah al- Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut: Darul Kutub al-ilmiyyah, 1992, hlm

2 16 Ada dua metode yang lazim digunakan untuk menentukan awal bulan kamariah. Kedua metode tersebut adalah metode hisab dan metode rukyat. Hisab dan rukyat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hisab lahir dari pengamatan selama bertahun-tahun yang akhirnya menghasilkan kesimpulan kemudian dibuatlah teori dari kesimpulan tersebut. Hisab dilakukan dengan memperhitungkan data-data astronomis untuk menentukan bagaimana keadaan benda langit di alam. Rukyat membutuhkan data-data tersebut untuk pengamatan. Hisab dalam bahasa arab berarti perhitungan. Hisab diadakan dengan tujuan memperkirakan kapan awal bulan kamariah dengan memperhitungkan data-data astronomis bintang, Bumi dan Bulan pada saat itu. 3 Selain metode hisab, di Indonesia dikenal pula metode rukyat. Kata rukyat berasal dari bahasa Arab ra a, yara, ra yan wa ru yatan yang bermakna melihat, mengerti, menyangka, menduga dan mengira. 4 Kata ra a di sini bisa dimaknai dengan tiga pengertian. Pertama, ra a yang bermakna abshara artinya melihat dengan mata kepala (ra a bi al-fi li), yaitu jika objek menunjukkan sesuatu yang tampak (terlihat). Kedua, ra a dengan makna alima adraka artinya melihat dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan (ra a bi al-ilmi). Ketiga, ra a bermakna dzanna/ hasiba artinya melihat dengan hati (ra a bi al-qalbi). 5 3 Faris Ruskanda, 100 Masalah Hisab & Rukyat, Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: PP. Al- Munawwir, 1984, hlm Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007, hlm.49

3 17 Dalam khazanah fikih, kata rukyat lazim disertai kata al-hilal menjadi rukyat al-hilal yang berarti melihat Bulan baru (new moon) yang erat kaitannya dengan masalah ibadah terutama puasa Ramadlan. 6 Kata hilal atau bulan sabit (crescent) sendiri adalah bagian Bulan yang tampak terang dari Bumi sebagai akibat cahaya Matahari yang dipantulkan olehnya pada hari terjadinya ijtima setelah Matahari terbenam. 7 Rukyat al-hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap penampakan Bulan sabit sesaat setelah Matahari terbenam di hari telah terjadinya ijtima. Rukyat adalah kegiatan atau usaha melihat hilal di langit (ufuk) sebelah barat sesaat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan baru yang biasa dilaksanakan pada setiap tanggal 29 bulan kamariah untuk menentukan kapan bulan baru dimulai. 8 Rukyat dapat dilaksanakan dengan menggunakan mata telanjang tanpa alat bantu dan dapat pula dengan menggunakan alat bantu. Biasanya dalam prakteknya dalam satu kelompok perukyat terdapat beberapa alat yang digunakan dan tidak menjangkau semua pengamat sehingga ada pengamat yang merukyat menggunakan mata telanjang dan ada pula yang menggunakan alat bantu. Rukyat dengan mata telanjang memerlukan kemampuan tersendiri. Pengamat harus sudah mengenali fisik dan aktifitas hilal. Selain itu, mata pengamat harus jeli karena jarak hilal dari Bumi yang tidak dekat dan terdapat banyak benda langit lain di langit selain hilal. Perukyat yang hlm Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persada, 2009, hlm Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak: dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Buana Pustaka. 2004

4 18 menggunakan alat bantu mendapatkan tambahan kemudahan karena alat bantu yang digunakan terutama alat-alat modern dapat memangkas jarak Bulan-Bumi menjadi semakin dekat. Namun pengamat yang menggunakan alat bantu harus mengenali alat bantu yang digunakannya terlebih dahulu. Selain itu, dengan menggunakan alat bantu, maka pandangan pengamat terbatas pada sudut pandang yang diberikan (dimiliki) alat bantu tersebut. Hal ini berarti positif sekaligus negatif. Berarti positif karena lebih memfokuskan pengamat ke arah hilal, dan berarti negatif karena pengamat memiliki sudut pandang yang lebih sempit dari pada pengamat yang menggunakan mata telanjang tanpa alat bantu. Rukyat dapat dilakukan dengan hanya menggunakan mata telanjang. Namun pada saat ini, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi rukyat sering dilaksanakan menggunakan alat bantu dengan tujuan agar kemungkinan terlihatnya hilal menjadi lebih besar. Beberapa peralatan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pelaksanaan rukyat dan biasa digunakan adalah: 1. Altimeter Altimeter adalah alat pengukur tinggi suatu tempat. Alat ini bersifat barometrik. Pengukuran tinggi tempat didasarkan pada tekanan udara tempat tersebut dibandingkan dengan tempat lainnya. Pengukuran tinggi tempat biasanya didasarkan pada perbandingan tekanan udara tempat

5 19 tersebut dengan permukaan laut sehingga nilainya dinyatakan dalam satuan meter di atas permukaan laut (dpl) Gawang lokasi Gawang lokasi adalah alat yang dibuat khusus untuk mengarahkan pandangan ke posisi hilal. Alat ini terdiri dari: a. Tiang pengincar, sebuah tiang tegak terbuat dari besi yang tingginya sekitar satu sampai satu setengah meter dan pada puncaknya diberi lubang kecil untuk mengincar hilal. b. Gawang lokasi, yaitu dua buah tiang tegak, terbuat dari besi berongga, semacam pipa. Pada ketinggian yang sama dengan tinggi tiang teropong, kedua tiang tersebut dihubungkan oleh mistar datar., sepanjang kira-kira 15 sampai 20 sentimeter, sehingga ujung tiang pengincar menyinggung garis atas mistar tersebut Binokuler Binokuler adalah alat bantu untuk melihat benda-benda yang jauh. Binokuler, sesuai namanya, menggunakan lensa dan prisma. Alat ini berguna untuk memperjelas obyek pandangan. Binokuler digunakan dalam rukyat sebagai alat bantu agar kemungkinan hilal dapat teramati menjadi lebih besar. 9 Mahkamah Agung RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 2007, hlm Ibid

6 20 4. Rubu al-mujayyab Rubu al-mujayyab adalah alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran untuk hitungan goneometris. Alat ini sangat berguna untuk memproyeksikan peredaran benda-benda langit pada bidang vertikal. Saat pelaksanaan rukyat, rubu al-mujayyab digunakan untuk mengukur sudut ketinggian hilal (irtifa') Theodolite Peralatan ini bisa dikatakan sebagai peralatan modern karena dapat mengukur sudut azimut dan ketinggian/ altitude (irtifa') secara lebih teliti dibanding kompas dan rubu al-mujayyab. Theodolite modern dilengkapi pengukur sudut secara digital dan teropong pengintai yang cukup kuat. Theodolite mempunyai dua sumbu yaitu sumbu vertikal untuk melihat skala ketinggian benda langit dan sumbu horizontal untuk melihat skala azimut Teleskop Teleskop adalah instrumen pengamatan yang berfungsi mengumpulkan radiasi elektromagnetik sekaligus membentuk citra dari benda yang diamati. Teleskop merupakan instrumen yang sangat penting dalam pengamatan benda-benda astronomis karena fungsinya yang dapat memperpendek jarak benda langit yang faktanya terletak sangat jauh dari pengamat. 11 Hendro Setyanto, Rubu Al-Mujayyab, Bandung: Pudak Scientific, 2002, hlm Mahkamah Agung RI, op.cit., hlm. 225

7 21 Ada tiga jenis utama teleskop optik yang digunakan yaitu Refraktor atau Dioptrik, Reflektor atau Katoptrik dan Katadioptrik. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mencolok dari ketiga jenis teleskop tersebut dalam komponen penampil bayangan benda yang diamati. Teleskop refraktor atau dioptrik adalah jenis teleskop yang hanya menggunakan lensa untuk menampilkan bayangan benda. Teleskop reflektor atau katoptrik adalah jenis teleskop yang menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya dan bayangan benda. Jenis teleskop ketiga yaitu teleskop katadioptrik adalah jenis teleskop yang menggunakan kombinasi dari lensa dan cermin sebagai pengumpul cahaya sekaligus bayangan benda. Teleskop yang cocok digunakan untuk rukyat adalah teleskop yang memiliki diameter lensa (cermin) cukup besar agar dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak. Dengan demikian hilal yang cukup redup dapat ditampilkan menjadi lebih terang. 7. Tongkat Istiwa Tongkat istiwa adalah alat sederhana yang terbuat dari tongkat yang ditancapkan tegak lurus pada bidang datar dan diletakkan di tempat tebuka agar mendapat sinar Matahari. Alat ini berguna untuk menentukan waktu Matahari hakiki, menentukan titik arah mata angin, dan menentukan tinggi Matahari. 13 Selain alat-alat di atas, untuk melengkapi dan mendukung pelaksanaan rukyat biasanya digunakan busur derajat, GPS (Global Positioning System), 13 Ibid.

8 22 jam digital, kalkulator, kompas, komputer, sektan, waterpass, benang, paku, dan meteran untuk membuat benang azimut. Juga digunakan kamera potret dan kamera video untuk mengabadikan pelaksanaan rukyat dan menjadi bukti autentik pengamatan hilal. Keberhasilan rukyat sangat dipengaruhi oleh kondisi ufuk pada saat itu. Pada awal bulan, hilal masih sangat tipis. Warnanya putih kekuningan dengan kecerahan yang tidak mencapai 1% cahaya Bulan purnama. 14 Pada sore hari sesaat setelah terbenamnya Matahari langit akan berwarna kemerahmerahan. Hal ini menyebabkan perbedaan antara hilal dengan langit yang melatarbelakanginya menjadi tidak terlalu kontras. 15 Selain dipengaruhi oleh keadaan ufuk dan langit pada saat merukyat, keberhasilan rukyat juga ditentukan oleh kejelian, ketelitian, dan keterbiasaan perukyat. 16 B. Dasar Hukum Rukyat Rukyat digunakan sebagai metode dalam penentuan awal bulan kamariah berdasarkan interpretasi nas al-quran dan hadis nabi yang dipahami sebagai teks yang bersifat ta abbudi. 17 Dasar hukum rukyat ada dua macam, yaitu : al-qur an dan Hadis. 14 Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, 2007, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, hlm Ibid 16 Maskufa, loc.cit. 17 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, Jakarta: Erlannga, 2007, hlm.44

9 23 1. Dasar hukum dari al-qur an a. Surat al-baqarah ayat 185 yang berbunyi :!" () )*+," #$%&' /0* < > 8 % :!" ; < =!" 5 BC" A8* % I 75 H E FG+< " = S >OPQ 55 JK L<M 6 V K5 E72 T0U%&< AXY4 W %KK 8 %KK \5 [!" ]EU&!" AXY4 H^&+ _X `"5 P0U%&!" H5 ]12" X `"5 A8b % ' >apq de58efpg AXc+ &<"5 hi Y; Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur (Q.S al- Baqarah: 185) Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2007, hlm.

10 24 Kewajiban berpuasa dibebankan kepada orang yang tidak berpergian setelah ada orang yang menyaksikan Bulan baru. 19 Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah bahwa ketika telah ada seseorang yang menyaksikan (syahida) hilal maka penduduk suatu negeri wajib melaksanakan puasa. Terdapat pula isyarat untuk melakukan rukyat di awal bulan agar dapat melihat hilal dalam ayat ini. b. Surat al-baqarah ayat 189 yang berbunyi : h7 dk^&+ [0m q' g& H 'op () )*+".r s^ qu!<"5 8 t' <!" 5 H^&Q <Q 5 Y4 v]1"!" ' ^ : 7 d ^ X!" h7 u]1"!" U7x8/<"5 H^&Q5 8 >a<y)q E7 d ^r z!" > :Y4s^45 H^ )Q 5 hi ;de^ <Y+!=&Q AXc+ &<" Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang Bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji. Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya akan tetapi kebajikan itu adalah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya. Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.(q.s. al-baqarah : 189) Ahmad Mustafa Al-Maragi, (ed.), Tafsir Al-Maragi Juz II, diterjemahkan oleh K. Umar Sitanggal, et al., dari Tafsir Al-Maragi (Edisi Bahasa Arab), Semarang: Toha Putra, 1993, cet. II, hlm Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 29.

11 25 Ada dua hal yang dapat dipahami dari ayat ini. Pertama, bahwa rukyat telah dilakukan sebelum turunnya ayat tersebut. Bisa dikatakan demikian karena tentunya telah ada yang melihat hilal terlebih dahulu sebelum adanya pertanyaan mengenai hilal. Kedua, fungsi hilal sebagai penanda waktu yaitu bergantinya bulan pada tahun hijriah dan sebagai kalender peribadatan termasuk ibadah haji. c. Surat Yunus ayat 5 yang berbunyi : g & { ^&' rxi d E Bf" *^ <!" 5 Y~ 0* } PU%< 5 % H^ P+ &o" 6 [x<!" 5 x[" \Y dk"s< W ƒp+ p > gx{g =K > ;'ƒ <!" Y4 V^< "./Ko hy;^ P+E&K Artinya: Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempattempat) bagi perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-nya) kepada orangorang yang mengetahui.(q.s. Yunus ayat : 5 ). 21 Allah menetapkan perjalanan Bulan pada orbitnya beberapa manzilah, setiap malam menempati satu manzilah, tidak akan 21 Ibid., hlm. 208.

12 26 melampaui dan tidak akan mengurangi manzilah-manzilah yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 28 (manzilah), pada manzilah manzilah itu Bulan terlihat oleh mata, dan satu malam atau 2 malam Bulan tertutup maka Bulan tidak dapat dilihat. 22 Agar dapat mengetahui seperti apa dan bagaimana manzilah yang telah ditetapkan oleh Allah itu haruslah diadakan pengamatan secara berkala. Juga agar dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu adalah dengan hasil pengamatan secara berkala. Hal ini mengisyaratkan pentingnya pengamatan bagi perhitungan waktu. 2. Dasar hukum dari al-hadis ا! ر الله ل ل ر ل الله الله و ا ا '1 2 و و ن % / '. - ا ( ) ' و ه و, ' + * و ا ( ) ' و ه % ن # " 23 % 4 ر و ا (رواه -2) Artinya: Apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya berbukalah. Apabila Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka kira-kiralah. (HR. Muslim). ز? د ) 64 آد م ( 64 :7 8 9 ( ! ل D 9 أ! ھ? ة ر الله? E ل ل ا 8 الله و أ و ل - ا ؤ? ) و أ % * وا ؤ? ) % J ن # 8 " % G H ا ل أ! ا E الله و 4 ة : 8 9 ن 6 /6 (رواه 24 ا N8 رى) 22 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi Jus 4, op.cit., hlm Abu Husain Muslim bin al Hajjaj, Shohih Muslim, Jilid I, Beirut: Dar al-fikr, tt, hlm Muhammad ibn Ismail al-bukhari, Shahih Bukhari, hadits no 1776, Maktabah Syamilah Ishdar Tsani

13 27 Artinya: Adam telah bercerita kepada kami, diceritakan oleh Syu bah bahwa Muhammad ibn Ziyad berkata : Aku mendengar Abu Hurairah berkata : Nabi saw. atau Abul Qasim (Muhammad) SAW bersabda : Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilalred) dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian tertutup (oleh mendung) maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya ban menjadi tiga puluh (hari) (HR. Bukhari) D 9 أ! ھ? ة : 5-4! ز? د ل ) 64 ل 5-4! + 9 O ) 64 ل? E ل إ ن ر ل الله الله و ل, '. - ا ( ) ' و ا ا /ل و, ' + * وا ( ) ' و ا ا /ل و ل - ا ؤ? ) و أ % * وا ؤ? ) % J ن 8 # " 9 % 4 وا 6 /6 ل :7 8 9 و أQ G أ ل, '. - ا ( ) ' و ا ا / ل و, ' + * وا 25 ( ) ' و ا ا /ل (رواها( 4 ) Artinya: Muhammad ibn Ja far telah bercerita kepada kami, dia berkata : Kami diberitahu oleh Syu bah dari Muhammad ibn Ziyad, dia berkata : Aku mendengar Abu Hurairah berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : janganlah kalian berpuasa sehingga kalian melihat hilal dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian melihat hilal (lagi). Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilalred) dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika ia tertutup (oleh mendung) maka hitunglah bilangan bulan Sya ban menjadi tiga puluh (hari). Syu bah berkata : Sebagian besar pengetahuanku bahwa beliau bersabda : Janganlah kalian berpuasa sehingga kalian melihat hilal dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian melihat hilal (HR. Ahmad) Ishdar Tsani 25 Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, hadits no 9505, Maktabah Syamilah,

14 28 Kata taro dan ru yatihi dalam hadis di atas berasal dari kata ra a yara- ru yatan. Para ulama berbeda pendapat dalam memaknainya. Ada 3 pendapat mengenai makna kata rukyat yaitu makna pertama, ra a yang bermakna abshara artinya melihat dengan mata kepala (ra a bi al-fi li), yaitu jika objek menunjukkan sesuatu yang tampak (terlihat). Kedua, ra a dengan makna alima adraka artinya melihat dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan (ra a bi al-ilmi). Ketiga, ra a bermakna dzanna/ hasiba artinya melihat dengan hati (ra a bi al-qalbi). Kegiatan rukyat ada berdasarkan interpretasi kata taro dan ru yatihi sebagai melihat dengan mata kepala. 26 C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rukyat dan keberhasilannya sehingga perlu diperhatikan, yaitu: 1. Tempat Pengamatan Pada dasarnya tempat yang baik untuk mengadakan pengamatan hilal awal bulan adalah tempat yang memungkinkan pengamat dapat mengadakan pengamatan di sekitar tempat terbenamnya Matahari. Tempat tersebut adalah tempat yang memiliki pandangan yang tidak terganggu pada azimut sampai Hal itu dikarenakan nilai deklinasi maksimum Bulan sebesar Deklinasi Bulan mempengaruhi arah 26 Susiknan Azhari, op.cit, hlm Deklinasi maksimum Matahari adalah 23.5 o. Orbit Bulan memiliki kemiringan 5 o dari bidang ekliptika yang menyebabkan deklinasi maksimum Bulan adalah 28.5 o. Oleh karenanya tempat yang digunakan untuk pengamatan hilal harus memiliki ufuk barat yang tidak terhalang pada azimuth (titik barat berada di azimuth 270 o, 270 o 28.5 o = ) sampai (270 o o = )

15 29 terbenamnya Bulan. Jika deklinasi Bulan bernilai 20 maka saat itu Bulan terbenam pada 20 dihitung dari arah Barat ke arah Utara. Matahari memiliki deklinasi maksimum sebesar 23.5 dan masih masuk dalam kriteria daerah tersebut. Dengan terpenuhinya kriteria tersebut maka horizon akan terlihat lurus dan langit terlihat jelas sehingga pengamatan hilal dapat dilakukan. 28 Daerah itu diperlukan terutama jika pengamatan Bulan dilakukan sepanjang musim dengan mempertimbangkan pergeseran Matahari dan Bulan dari waktu ke waktu. Berdasarkan SK PBNU NO. 311/A.II.03/I/1994 Pedoman Operasional Penyelengaraan Rukyat bi al-fi li di Lingkungan Nahdlatul Ulama pasal 2 tentang Prinsip-prinsip Operasional Pelaksanaan Rukyat, yaitu: a. Ketentuan umum Pertama, Perwakilan Lajnah Falakiyah atau Pengurus Nahdlatul Ulama menyusun Tim Pelaksana Rukyat yang terdiri dari Hasib, ahli rukyat, pembantu (kader hasib dan ahli rukyat). Kedua, Pengurus Nahdlatul Ulama atau perwakilan Lajnah Falakiyah menghubungi/ melaporkan pelaksanaan rukyat kepada Pengadilan Agama setempat dan instansi pemerintah yang terkait (Pemda, Polda/ Polres dan lain-lain) tentang, tempat atau medan rukyat, personalia tim pelaksana rukyat, waktu pelaksanaan rukyat, perlengkapan dan lainlain. Ketiga, mempersiapkan petugas dan peralatan telekomunikasi 28 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995, hlm. 20.

16 30 guna kelancaran pelaporannya baik kepada intern kalangan NU maupun kepada pemerintah cq Departemen Agama. Keempat, mempersiapkan logistik dan transportasi. b. Ketentuan Penetapan Lokasi Rukyat 29 Pertama, pada dasarnya lokasi-lokasi penyelengaraan rukyat ditetapkan berdasarkan pertimbangan: 1) Bahwa di lokasi yang dimaksud telah terbukti adanya keberhasilan usaha rukyat pada waktu-waktu sebelumnya. 2) Bahwa secara geografis dan astronomis lokasi yang dimaksud memungkinkan terjadinya rukyat. 3) Berdasarkan usulan atau laporan dari PWNU/ PCNU setempat. Kedua, berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan lokasi-lokasi rukyat sebagai berikut: 1) Cakung, Ancol, Klender (Masjid Jami al-makmur) dan Rawa Buaya untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. 2) Pelabuhan Ratu (Sukabumi), Indramayu, Majalengka, Cipatujah (Tasikmalaya) dan Cisaga (Ciamis) untuk wilayah Jawa Barat. 3) Pelabuhan Tanjung Mas (Semarang), Benteng Portugis (Jepara), Pemalang, Jenar (purworejo) dan Sluke (Rembang) untuk wilayah Jawa Tengah. 4) Piyungan (Patuk) dan Parangtritis untuk wilayah Yogyakarta. 29 Ibid, hlm

17 31 5) Kenjeran (Surabaya), Ujung Pangkah (Gresik), Tanjung Kodok (Lamongan), Bangkalan, Sampang (Madura) dan Pasir Putih (Situbondo) untuk Wilayah Jawa Timur. 6) Untuk wilayah luar Jawa sementara ditetapkan sebagai berikut. Jembrana untuk Bali, Ampenan untuk Nusa Tenggara Barat, Pleihari Tankisung dan sungai Buluh untuk Kalimantan Selatan, Pantai Barat untuk wilayah Sumatera, Ujungpandang dan Manado untuk Sulawesi Iklim Sebuah lokasi yang dijadikan sebagai tempat rukyat secara berkala harus memiliki iklim yang baik untuk pengamatan. 31 Pada saat dilakukan pengamatan awal bulan, hilal bagaikan seberkas cahaya di langit luas yang berwarna kuning kemerahan. Ukuran hilal yang sangat kecil jika dibandingkan dengan langit dan cahaya hilal yang sangat lemah jika dibandingkan dengan cahaya Matahari, akan bertambah sulit untuk dapat dilihat ketika diamati jika terdapat awan tipis sekalipun. Adanya awan, baik tipis ataupun tebal akan mengaburkan pengamatan ke arah hilal. Oleh karenanya, iklim yang baik pun diperlukan dan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan rukyat. Selain itu, pandangan ke arah barat 30 Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta, Lajnah Falakiyah PBNU, 2006, hlm Mahkamah Agung RI, op.cit, hlm. 52.

18 32 hendaknya tidak terhalang polusi, efek cahaya lampu kota, dan menaramenara yang tinggi. 3. Posisi Benda Langit Posisi benda langit harus telah diketahui sebelum pengamat terjun ke lapangan. Data-data tersebut didapatkan dari perhitungan data-data astronomis pada hari dan tempat dilaksanakannya pengamatan. Letak Bulan dinyatakan oleh perbedaan ketinggiannya dengan Matahari dan selisih azimut diantara keduanya. 32 Dengan berbekal mengetahui posisi Bulan dan Matahari sebelumnya, maka pengamatan dapat dilakukan karena arah yang diamati telah dipastikan, tidak seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. 4. Visibilitas Hilal Selain aspek-aspek yang berkaitan dengan keadaan tempat di atas, visibilitas hilal juga merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam proses pengamatan hilal. Pada tahun 1931, Andre Danjon ketika menjabat sebagai direktur observatorium Strasbourg merasa tertarik untuk melakukan penelitian lengkungan Bulan sabit. Pada tanggal 13 Agustus 1931, Danjon berhasil melihat bulan yang berumur 16 jam 12 menit sebelum konjungsi. Dengan menggunakan teleskop refraktor yang bergaris tengah 3 inci pada perbesaran 25 kali, sabitnya terlihat kurang dari 32 Ibid.

19 33 seperempat lingkaran dan diperkirakan antara 75 0 sampai 80 0 dari ujung ke ujung 33. D. Praktek Rukyat Rukyat yang baik adalah rukyat yang dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan atau menunjang dan meningkatkan keberhasilan tujuan rukyat sebelum pelaksanaannya. Bahkan dengan persiapan yang matang pun tujuan rukyat yang sebenarnya sering tidak tercapai. Letak hilal yang berada di ufuk barat ketika sore hari menjadikannya berdekatan dengan Matahari terbenam. Ketika itu langit berwarna kuning kemerahan dan bahkan bisa jadi terdapat banyak mega merah yang tipis maupun tebal. Hilal yang merupakan Bulan baru, memantulkan hanya sedikit cahaya Matahari sehingga yang nampak hanyalah semburat cahaya kecil berwarna putih kekuningan yang hampir serupa dengan langit kala itu. 1. Membentuk Tim Pelaksana Rukyat Agar pelaksanaan rukyat terkoordinasi dengan baik, maka seyogyanya dibentuk satu tim rukyat untuk masing-masing tempat. Tim rukyat ini hendaknya terdiri dari unsur-unsur terkait yaitu Kementerian Agama (sebagai koordinator), Pengadilan Agama, organisasi masyarakat, ahli hisab, tokoh masyarakat baik politik maupun agama, orang-orang yang memiliki keterampilan rukyat dan kader ahli hisab dan rukyat yang akan melanjutkan tradisi pengamatan di masa selanjutnya. Selain itu, tim 33 Ibid. hlm. 55.

20 34 pelaksana rukyat juga dapat dibentuk dari suatu organisasi masyarakat dengan koordinasi unsur-unsur terkait tersebut. 34 Seperti dikatakan sebelumnya, satu tim rukyat adalah untuk satu tempat tertentu. Hendaknya tim telah memilih tempat yang dirasa cocok untuk melaksanakan rukyat, merencanakan teknis pelaksanaan rukyat dan pembagian tugas tim dan mempersiapkan segala sesuatunya yang dianggap perlu Menyediakan Data Hilal dan Peta Rukyat Persiapan sebelum kegiatan dimaksudkan untuk mempermudah terlaksananya kegiatan dan tercapainya tujuan. Selain melakukan hal-hal tersebut di poin sebelumnya (1), tim yang memang terdiri dari ahli hisab mempersiapkan data hilal dan peta rukyat. Data tersebut diperoleh dari perhitungan awal bulan untuk tempat diadakannya rukyat. Adapun data hilal yang diperlukan adalah: a. Waktu Terjadinya Ijtima Mengetahui kapan terjadinya ijtima merupakan hal yang penting bagi pelaksanaan rukyat. Jika waktu ijtima diketahui, maka tim telah memiliki patokan waktu kapan pengamatan hilal bisa dilaksanakan. Waktu terjadinya ijtima terdiri dari hari, tanggal dan jam terjadinya ijtima. 34 Muhyiddin Khazin, op.cit., hlm Ibid

21 35 b. Waktu Matahari Terbenam Data waktu terbenamnya Matahari diperlukan karena waktu itu dapat dijadikan deadline tim dalam persiapan pengamatan hilal. Bulan baru terbenam setelah terbenamnya Matahari, maka ketika Matahari terbenam adalah saat terakhir tim untuk memusatkan perhatian ke arah barat. Waktu Matahari terbenam dituliskan dalam waktu Local Mean Time untuk memudahkan pengamatan karena pengamatan dilakukan di tempat tertentu bukan di kota Grenwich atau tepat-tempat yang memiliki waktu sama dengan Grenwich. c. Arah Matahari Terbenam Arah Matahari terbenam merupakan arah matahari yang dihitung dari titik barat. Dituliskan dengan satuan derajat, menit dan detik. Dengan adanya data ini pengamatan hilal menjadi lebih mudah karena posisi dan arah hilal dapat diketahui atau diukur dari arah Matahari terbenam. d. Tinggi Hilal Tinggi hilal merupakan data yang sangat penting untuk pengamatan hilal. Data tinggi hilal yang dibawa saat pengamatan atau observasi berlangsung adalah tinggi hilal di atas ufuk mar i. Bukan berarti menafikan tinggi hilal dari ufuk hakiki atau ufuk sebenarnya di mana langit bertemu dengan bumi, tetapi dalam pengamatan hilal,

22 36 ufuk yang dilihat adalah ufuk mar i. Tinggi hilal dituliskan dalam satuan derajat, menit dan detik. e. Arah Hilal ketika Matahari Terbenam Data yang menunjukkan arah hilal ketika Matahari terbenam diperlukan agar pengamat tetap dalam keadaan fokus dan selalu mengikuti pergerakan hilal ketika matahari terbenam. Matahari adalah bintang terang yang memancarkan cahayanya sendiri dan berukuran jauh lebih besar dari hilal. Dengan mengetahui arah hilal ketika Matahari terbenam, maka pengamat tidak kehilangan fokus dan tetap mengikuti posisi dan pergerakan hilal. Arah hilal ketika Matahari terbenam dituliskan dalam satuan derajat, menit dan detik dan diukur dari titik barat. f. Posisi Hilal Posisi hilal dituliskan dalam satuan derajat, menit dan detik dan diukur dari posisi Matahari. Hilal yang baru berumur beberapa jam sangatlah kecil bila dibandingkan dengan ukuran langit yang begitu luas dan tak terbatas. Oleh karenanya, hilal perlu ditentukan posisinya dan dapat dikunci dari posisi Matahari untuk memudahkan pengamatan. g. Keadaan Hilal

23 37 Hilal bukanlah satu-satunya benda yang ada di langit. Banyak benda langit lain yang memiliki kemiripan dengan hilal, seperti planet Venus yang sering mengacaukan pengamatan. Dengan mengetahui keadaan hilal, kemungkinan pengamat akan terkecoh dengan benda langit lain menjadi semakin kecil. Keadaan hilal dapat ditentukan dari kemiringannya dan dituliskan dalam keadaan telentang, miring ke utara atau miring ke selatan. h. Lama Hilal Semua benda yang ada di langit bukanlah benda yang stagnan dan diam di tempat. Semuanya telah diatur pergerakannya. Hilal pun tidak akan senantiasa diam di satu titik langit. Hilal akan segera terbenam sesaat setelah Matahari terbenam. Pengamat mempunyai waktu untuk menemukan hilal dalam jeda waktu tertentu antara terbenamnya Matahari hingga terbenamnya hilal. Waktu itu disebut dengan lama hilal dan dituliskan dalam satuan derajat, menit dan detik. i. Waktu Hilal Terbenam Dengan mengetahui waktu hilal terbenam, maka pengamat telah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum saat itu tiba. Jika waktu terbenamnya hilal dan terbenamnya Matahari dapat diketahui, maka akan ditemukan apakah ada jeda waktu dan berapa lamakah jeda waktu antara terbenamnya Matahari dengan terbenamnya hilal tersebut.

24 38 Sehingga, jika ada jeda antara waktu terbenam kedua benda langit tersebut, maka pada saat itu hilal dapat diamati. j. Arah Hilal Terbenam Arah terbenamnya hilal perlu diketahui untuk memudahkan pengamat dalam mengikuti pergerakan hilal hingga terbenamnya. Arah hilal terbenam dituliskan dalam satuan derajat, menit dan detik dan diukur dari titik barat. k. Illuminasi Hilal Illuminasi hilal dapat dikatakan sebagai luas cahaya hilal. nilainya dapat diketahui dengan cara interpolasi data Fraction Illumination Bulan (FIB) pada saat Matahari terbenam. 36 Dengan data hilal yang ada, maka dapat dibuat peta rukyat untuk memudahkan pengamatan. Peta rukyat adalah lukisan yang menggambarkan posisi hilal dan Matahari pada saat Matahari terbenam. Dengan adanya peta rukyat tersebut, maka posisi hilal telah dapat digambarkan. 3. Pelaksanaan Rukyat Rukyat dilaksanakan oleh tim pelaksana rukyat yang terdiri dari unsur-unsur terkait, sebagaimana yang telah diutarakan dalam penjelasan di sub bahasan sebelumnya, di tempat yang telah ditentukan. Dengan 36 Ibid

25 39 dipersiapkannya data hilal di atas, maka pelaksanaan pengamatan hilal dapat dilaksanakan. Hilal telah dilokalisir baik oleh atau dengan alat yang sederhana hingga alat yang paling modern ataupun mata pengamat sendiri. Sesaat setelah tiba waktu Matahari terbenam, seluruh pandangan dan perhatian tertuju ke arah hilal yang telah dilokalisir. Pengamatan hilal terus-menerus dilakukan hingga tiba waktu terbenamnya hilal. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengamatan hilal, seperti keadaan ufuk, ketebalan awan, keberhasilan pengamatan (observasi) dan siapa saja yang melihat hilal (jika hilal berhasil dilihat) ditulis pada berita acara yang tentu saja telah dipersiapkan sebelumnya Laporan Hasil Rukyat 38 Terbenamnya hilal menjadi pertanda bahwa rukyat untuk penentuan awal bulan kamariah telah selesai. Hasil yang diperoleh selama pengamatan dikumpulkan, untuk kemudian diambil kesimpulan. Jika hilal berhasil dilihat, maka orang yang melihat hilal segera menghadap hakim untuk disumpah dan diisbatkan kesaksiannya. Data yang diperoleh selama pengamatan tersebut kemudian dilaporkan kepada pemerintah (Kementerian Agama RI) untuk digunakan sebagai bahan sidang isbat awal bulan kamariah di Jakarta yang dipimpin oleh Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakili. Isi laporan berupa laporan singkat 37 Ibid, hlm Ibid, hlm

26 40 mengenai identitas pelapor, hasil pengamatan dan saksi yang melihat hilal jika hilal berhasil dilihat. 5. Sidang Isbat Penentuan awal bulan kamariah di Indonesia yang ramai diperbincangkan adalah penentuan awal bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah. Pada bulan-bulan ini diadakan rukyat di lapangan dan kemudian ditetapkan keputusannya dalam sidang penentuan (penetapan) awal bulan oleh pemerintah. Penetapan (isbat) awal Ramadan dan awal Syawal dilakukan oleh pemerintah berdasakan data hisab dan hasil rukyat sebagai masukan. 39 Penetapan awal bulan kamariah di Indonesia yang lebih sering ditemui adalah berdasarkan klaim rukyat yaitu kesaksian melihat hilal. Sidang isbat digelar oleh pemerintah untuk mengakomodir seluruh pendapat yang ada dalam masyarakat. Sidang isbat diadakan dengan prinsip musyawarah untuk mufakat, menghormati perbedaan pendapat, kebersamaan, demokratis dan menerima saran serta pendapat dari seluruh peserta sidang. Semua saran dan pendapat diterima dan dikumpulkan. saran dan pendapat yang ada tersebut, kemudian dibahas dan dicari titik temunya untuk menghasilkan keputusan yang terbaik dan maslahat. Kemudian keputusan sidang diputuskan dan diumumkan kepada masyarakat agar dapat diterima dengan baik. 39 Orientasi Hisab Rukyat se-jawa Tengah, hlm. 3.

27 41 Garis besar kaidah penentuan awal bulan atau isbat oleh pemerintah adalah sebagai berikut 40 : a. Rukyat al-hilal 1) Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama memerintahkan rukyat al-hilal menjelang awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah kepada kanwil Departemen Agama dan Kandepag seluruh Indonesia. 2) Kantor wilayah Departemen Agama dan Kandepag sebagai koordinator penyelenggaraan pelaksanaan rukyat di daerah masing-masing. 3) Rukyat dilaksanakan bersama-sama dengan instansi terkait, perwakilan ormas Islam, tokoh agama, ahli hisab rukyat, dan masyarakat luas. b. Penetapan Pemerintah Terdapat pendapat yang berbeda mengenai penetapan pemerintah dalam penetapan awal bulan kamariah. Mazhab Syafi i menetapkan syarat bahwa penetapan awal bulan khususnya Ramadan, Syawal dan Zulhijah harus dilakukan oleh pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkannya, maka seluruh umat Islam wajib mengikuti dan melaksanakannya. Mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali tidak mensyaratkan demikian, tetapi jika telah ditetapkan oleh pemerintah, maka umat Islam wajib mengikuti. 40 Ibid, hlm. 4

28 42 Beberapa keuntungan adanya isbat oleh pemerintah adalah: 1) Isbat diperlukan untuk mendapatkan keabsahan 2) Isbat diperlukan untuk mencegah kerancuan dan keraguan sistem pelaporan. 3) Isbat diperlukan untuk penyatuan umat dan menghilangkan perbedaan pendapat. E. Kelebihan dan Kekurangan Penentuan Awal Bulan Kamariah Menggunakan Metode Rukyat Hisab dan rukyat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan hisab adalah dapat menentukan keberadaan dan posisi hilal tanpa terhalang oleh kabut, awan, mendung dan sebagainya. Dengan hisab, waktu terjadinya ijtima dapat diketahui. Pembuatan kalender hijriyah dan penentuan ufuk sudah atau belum berada di atas ufuk dapat ditentukan dengan hisab. Hal ini dikarenakan hisab adalah perhitungan menggunakan rumus-rumus astronomis yang dapat menentukan hal-hal di atas tanpa melakukan praktek langsung yang dipengaruhi oleh keadaan langit. 41 Hisab juga mempunyai kelemahan. Di antaranya adalah perbedaan metode yang digunakan. Apabila metode yang digunakan berbeda, maka hasil yang diperoleh juga dapat bermacam-macam. Metode-metode yang biasa digunakan adalah metode Sullam Nayyirain, Hisab Hakiki, Spherical 41 Susiknan Azhari, op.cit, hlm.129.

29 43 Trigonometry, dan Hisab Mawaqit. Hasil perhitungan menggunakan metode Sullam Nayyirain akan berbeda dengan hasil perhitungan Hisab Hakiki. 42 Sementara itu, kelebihan rukyat adalah keakuratan hasilnya. Rukyat yang merupakan pengamatan langsung di lapangan menghasilkan pembuktian terhadap teori yang digunakan. Dengan pengamatan langsung di lapangan, hilal dapat ditentukan keberadaannya apakah benar telah terlihat di langit atau tidak. Sejalan dengan hisab, rukyat mempunyai kekurangan pula. Hilal pada tanggal satu sangatlah tipis. Agar dapat melihatnya, diperlukan kemampuan dan pengalaman seorang yang mumpuni yang tidak dimiliki oleh sembarang orang. Selain itu, sesaat setelah terbenamnya Matahari, dimana pada waktu ini digunakan untuk melihat hilal, Matahari memancarkan mega merah yang mempersulit orang untuk dapat melihat hilal. Dalam melakukan rukyat juga diperlukan cuaca yang cerah yang tidak setiap waktu dapat diperoleh. Oleh karena itu, rukyat memerlukan cuaca yang mendukung. 42 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat erat sekali kaitannya dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan keakuratan ibadah-ibadah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun sering kali ditemukan perbedaan dalam penentuan awal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun sering kali ditemukan perbedaan dalam penentuan awal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun sering kali ditemukan perbedaan dalam penentuan awal bulan kamariah. Terutama dalam bulan-bulan yang berkenaan dengan ibadah keagamaan seperti awal bulan

Lebih terperinci

BAB II RUKYAT AL HILAL DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN QAMARIYAH. Masalah penentuan awal bulan Qamariyah adalah hal yang sangat penting

BAB II RUKYAT AL HILAL DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN QAMARIYAH. Masalah penentuan awal bulan Qamariyah adalah hal yang sangat penting BAB II RUKYAT AL HILAL DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN QAMARIYAH A. Pengertian Rukyat Masalah penentuan awal bulan Qamariyah adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan beragama Islam. Banyak kegiatan ibadah

Lebih terperinci

BAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu

BAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu BAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Pengertian Rukyat Al-Hilal Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu ء راىى artinya melihat 1 رؤ أو ا) dalam al-munjid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Agama, awalnya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Agama, awalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Observasi awal bulan di Indonesia yang dikoordinir oleh Pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Agama, awalnya hanya untuk penetapan awal Ramadan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan

BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan sabit di ufuk barat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan baru, khususnya menjelang bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. dan hilal. Rukyat ditinjau dari segi epistimologi terkelompokkan menjadi dua

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. dan hilal. Rukyat ditinjau dari segi epistimologi terkelompokkan menjadi dua BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL A. Pengertian Rukyat al-hilal Rukyat al-hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni rukyat dan hilal. Rukyat ditinjau dari segi epistimologi terkelompokkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat Rukyat Al-Hilal Kata rukyat al-hilal terdiri dari dua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJUdul Hilal dan Imka>n Rukyah Perbedaan dalam hisab rukyah serta implikasinya telah banyak menyita pikiran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Latar Belakang Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Sejak sebelum

Lebih terperinci

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) NAMA : AYUB SIREGAR INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TK.I / III.B Contoh Artikel/Makalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL A. Pengertian Rukyat al-hilal Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata yang,أى - ى - رى berarti berusaha ا ل berarti melihat, mengira, menyangka, menduga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah penentuan awal bulam kamariah terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah penentuan awal bulam kamariah terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah penentuan awal bulam kamariah terkadang menjadi masalah yang pelik, perselisihan antar organisasi masyarakat (ORMAS) Islam, hingga meruntuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal

Lebih terperinci

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf - Bulan bercahaya dan Matahari bersinar -> QS. Nūḥ (71): 16 dan QS. al-furqān (25): 61; - Akan tiba suatu masa di mana Bulan tidak lagi bercahaya dan Matahari

Lebih terperinci

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah Puasa merupakan rukun islam yang ke-tiga, di dalam islam puasa berarti menahan diri dari

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum penetapan bulan kamariah ini telah dibahas oleh nash-nash

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum penetapan bulan kamariah ini telah dibahas oleh nash-nash BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum penetapan bulan kamariah ini telah dibahas oleh nash-nash yang terdapat dalam ayat Al-Qur an dan Hadis antara lain sebagai berikut: Surah Al-Baqarah ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II RUKYAT AL-HILAL DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN KAMARIYAH A. Pengertian Rukyat al-hilal

BAB II RUKYAT AL-HILAL DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN KAMARIYAH A. Pengertian Rukyat al-hilal BAB II RUKYAT AL-HILAL DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN KAMARIYAH A. Pengertian Rukyat al-hilal Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra a- yara- ra yanru yatan, yang bermakna melihat, mengira, menyangka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten Dalam sejarah Masjid Agung Banten, baik mengenai kapan berdirinya, tokoh utama pendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penetapan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah mendapat perhatian khusus dari masyarakat Islam, sejak masa Rasulullah SAW hingga kini, karena keterkaitannya dengan ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalender Islam ditentukan berdasarkan penampakan hilal 1. pertama) sesaat sesudah matahari terbenam 2. Kalender Islam inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kalender Islam ditentukan berdasarkan penampakan hilal 1. pertama) sesaat sesudah matahari terbenam 2. Kalender Islam inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kalender Islam ditentukan berdasarkan penampakan hilal 1 (bulan sabit pertama) sesaat sesudah matahari terbenam 2. Kalender Islam inilah yang kemudian menjadi pedoman

Lebih terperinci

BAB IV UJI KELAYAKAN DAN VERIFIKASI PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV UJI KELAYAKAN DAN VERIFIKASI PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH 50 BAB IV UJI KELAYAKAN DAN VERIFIKASI PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Pasir Putih Situbondo Sebagai Tempat Rukyat al-hilal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI NAMBANGAN SURABAYA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT HILAL. A. Analisis Latar Belakang Pemakaian Pantai Nambangan sebagai

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI NAMBANGAN SURABAYA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT HILAL. A. Analisis Latar Belakang Pemakaian Pantai Nambangan sebagai BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI NAMBANGAN SURABAYA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT HILAL A. Analisis Latar Belakang Pemakaian Pantai Nambangan sebagai Tempat Rukyat Hilal Dipilihnya pantai Nambangan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH A. Analisis Metode Perhitungan dan Penyusunan Jadwal Waktu Salat Pada jaman dahulu, penentuan waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara sebagai Tempat Pengamatan Hilal (Rukyat Al-Hilal) Terdapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Arab, yakni rukyat dan hilal. Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata

BAB II KONSEP UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Arab, yakni rukyat dan hilal. Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata BAB II KONSEP UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL A. Pengertian Rukyat Al-Hilal Pada dasarnya rukyat al-hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni rukyat dan hilal. Kata rukyat menurut bahasa berasal

Lebih terperinci

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Kata rukyat al-hilal terdiri dari dua kalimat bahasa arab yakni, rukyat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Kata rukyat al-hilal terdiri dari dua kalimat bahasa arab yakni, rukyat BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL A. Pengertian Rukyat al-hilal Kata rukyat al-hilal terdiri dari dua kalimat bahasa arab yakni, rukyat dan hilal. kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah NU, Yogyakarta: Museum Astronomi Islam, 2012

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah NU, Yogyakarta: Museum Astronomi Islam, 2012 DAFTAR PUSTAKA Ahmad SS, Noor 2006, Menuju Cara Rukyat yang Akurat, Makalah pada Lokakarya Imsakiyah Ramadhan 1427H/2006M se Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh PPM IAIN

Lebih terperinci

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H Prolog Setiap menjelang Ramadhan & Syawal biasanya umat Islam disibukkan dengan persoalan hisab & rukyat berkaitan penentuan awal bulan yang telah lama menjadi perbincangan di negri ini. Perbedaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu keunikan dalam peribadatan Islam yang mungkin saja berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam Islam itu sangat terkait dengan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet Pada dasarnya azimut planet adalah busur yang diukur dari titik Utara

Lebih terperinci

BAB II RUKYAT AL-HILAL AWAL BULAN KAMARIAH. Rukyat al-hilal terdiri atas dua kata bahasa Arab, yakni rukyat dan

BAB II RUKYAT AL-HILAL AWAL BULAN KAMARIAH. Rukyat al-hilal terdiri atas dua kata bahasa Arab, yakni rukyat dan BAB II RUKYAT AL-HILAL AWAL BULAN KAMARIAH A. Pengertian Rukyat Al-Hilal Rukyat al-hilal terdiri atas dua kata bahasa Arab, yakni rukyat dan hilal. Secara etimologis, kata rukyat berasal dari kata ra a-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYATUL HILAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYATUL HILAL BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYATUL HILAL A. Rukyatul Hilal 1. Pengertian Rukyatul Hilal Rukyatul hilal terdiri atas dua kata dalam bahasa Arab, yakni, rukyat dan hilal. Rukyat ditinjau dari aspek epistimologi

Lebih terperinci

BAB II PARAMETER TEMPAT RUKYATUL HILAL IDEAL. yakni rukyat dan hilal. Kata rukyat merupakan bentuk masdar dari fi il ra a

BAB II PARAMETER TEMPAT RUKYATUL HILAL IDEAL. yakni rukyat dan hilal. Kata rukyat merupakan bentuk masdar dari fi il ra a ة! = ا 1 BAB II PARAMETER TEMPAT RUKYATUL HILAL IDEAL A. DEFINISI RUKYATUL HILAL Secara etimologis, rukyatul hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni rukyat dan hilal. Kata rukyat merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT HILAL. berarti melihat, mengerti, menyangka, menduga, dan mengira. 1 Rukyat,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT HILAL. berarti melihat, mengerti, menyangka, menduga, dan mengira. 1 Rukyat, A. Definisi Rukyat BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT HILAL yang رأى- ى- رأ ورؤ arab Kata rukyat berasal dari bahasa berarti melihat, mengerti, menyangka, menduga, dan mengira. 1 Rukyat, sebagaimana halnya

Lebih terperinci

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi sebagai Tempat

Lebih terperinci

BAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA. A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan. yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya.

BAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA. A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan. yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya. BAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan Pantai Nambangan Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya. Awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan,

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, Syawal, ataupun Zulhijah, akhir-akhir ini sering meruncing perbedannya yang berakibat sering berbedanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Suatu peradaban dikatakan maju apabila peradaban tersebut memiliki penanggalan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL

BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL A. Pengertian Praktik merupakan aplikasi dari wawasan, pengetahuan dan tata cara melakukan sesuatu. Praktik Rukyatul Hilal adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara empirik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal perkembangan Islam, penentuan arah kiblat tidak banyak menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan beliau sendiri yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti menyimpulkan bahwa : 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan terlihatnya hilal atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah terasa manfaatnya. Objek kajian yang diamatinya pun semakin berkembang, tidak hanya terbatas pada Matahari,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011

Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011 Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011 Hilal Ramadhan Sumber: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/14/32814/teknologi/hilal_ramadhan.html KONSEKUENSI ISTIKMAL RAJAB 1432H Laporan dari daerah-daerah menyatakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO. A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO. A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Pengamatan hilal untuk penentuan awal bulan kamariah di bukit Wonocolo dilakukan pertama kali

Lebih terperinci

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Kalendar Taqwim Standard merupakan rujukan resmi pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus kalendar rujukan bagi umat Islam Indonesia. Walaupun dalam kalendar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Dapat dilihat dari alat-alat, metode dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan atau makna yang tersirat di dalam suatu nash. Mulai dari ibadah yang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan atau makna yang tersirat di dalam suatu nash. Mulai dari ibadah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Islam, pelaksanaan ibadah-ibadah yang disyariatkan telah diatur sedemikian detailnya, hanya dibutuhkan pemahaman dalam mencari kandungan atau makna

Lebih terperinci

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR 86 BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR Dalam setiap metode dan alat-alat yang digunakan dalam menentukan arah kiblat memiliki kelebihan dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dewasa ini, memungkinkan siapapun dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari

Lebih terperinci

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pos Observasi Bulan Bukit Syeh Bela Belu Daerah

Lebih terperinci

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin LAPAN Bandung t_djamal@bdg.lapan.go.id, t_djamal@hotmail.com http://t-djamaluddin.spaces.live.com/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan penanggalan yang digunakan oleh umat Islam pada khususnya untuk menentukan pergantian bulan

Lebih terperinci

BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO. A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo

BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO. A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo 1. Pantai Tanjung Kodok Pantai Tanjung Kodok terletak di Desa Paciran

Lebih terperinci

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung) PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung) Persoalan penentuan awal bulan qamariyah, khususnya bulan Ramadhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kriteria dalam menentukan awal bulan Hijriyah ditengarai menjadi penyebab umat Islam Indonesia dalam beberapa kesempatan tidak serentak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL 1 Anda berada di: Home > Puasa > Perbedaan Idul Fitri: Hisab, Ru yah Lokal, dan Ru yah Global http://www.cantiknya-ilmu.co.cc/2010/07/perbedaan-idul-fitri-hisab-ruyahlokal.html 10-12-2010 20.45 PERBEDAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, sering menimbulkan kebingungan di masyarakat. 1 Salah satu permasalahannya

Lebih terperinci

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya: SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya: Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96],

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imam al-sindi memberikan catatan bahwa dengan hadis yang menerangkan haramnya puasa sebelum melihat hilal dan tidak ada kewajiban puasa sebelum hadirnya hilal.

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009 Risalah Elektronik RHI Nomor 2 Volume I Tahun 13 H 1 ZULHIJJAH 13 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 29 I. PENDAHULUAN Sistem kalender yang digunakan Umat Islam, selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam Pembuatan Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa Saādoe ddin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT A. Analisis Istiwaaini Dalam Penentuan Arah Kiblat Slamet Hambali menjelaskan bahwa Istiwaaini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuh aktivitas yang penting dalam setiap penentuan awal bulan kamariah.

BAB I PENDAHULUAN. sebuh aktivitas yang penting dalam setiap penentuan awal bulan kamariah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukyat bil fi li atau yang sering disebut rukyat al-hilal merupakan sebuh aktivitas yang penting dalam setiap penentuan awal bulan kamariah. Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya Matahari, sembilan planet 1 dan berbagai benda lain dalam tata surya seperti Asteroida, 2 Komet,

Lebih terperinci

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Mengabulkan DO A Hamba-Nya Janji ALLAH عز وجل untuk Mengabulkan DO A Hamba-Nya Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 186 رحمو هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M Janji Allah Untuk Mengabulkan Do'a Hamba-Nya Tafsir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam diskursus mengenai kalender hijriah khususnya awal Ramadan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam diskursus mengenai kalender hijriah khususnya awal Ramadan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam diskursus mengenai kalender hijriah khususnya awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, konsep rukyat lebih mengarah kepada metodologi untuk mengetahui hilal.

Lebih terperinci

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam

Lebih terperinci

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global T. Djamaluddin Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI http://tdjamaluddin.wordpress.com/

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan shalat, umat muslim harus menghadapkan wajah dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena umat Islam sepakat

Lebih terperinci

BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL

BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL A. Definisi Visibilitas Hilal Hisab Imkan Rukyah secara harfiah hisab imkan rukyah berarti perhitungan kemungkinan hilal terlihat. Dalam bahasa inggris biasa diistilahkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI Oleh: AHMAD BASORI I 000 090 004 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 2 PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB NATIJAT AL MIQĀT KARYA AHMAD DAHLAN Al-TARMASI A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam Kitab Natijat al-miqāt Manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN

BAB IV ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN BAB IV ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN 2008-2011 A. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Keberhasilan Rukyat Antara Pantai Tanjung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UJI KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Analisis Dasar Pertimbangan Pantai Alam Indah Tegal Dijadikan

BAB IV ANALISIS UJI KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Analisis Dasar Pertimbangan Pantai Alam Indah Tegal Dijadikan BAB IV ANALISIS UJI KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL A. Analisis Dasar Pertimbangan Pantai Alam Indah Tegal Dijadikan Sebagai Salah Satu Tempat Rukyat Al-hilal Dalam bab ke-3

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 16 DAN JUMAT, 17 JULI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYAWAL 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 16 DAN JUMAT, 17 JULI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYAWAL 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 16 DAN JUMAT, 17 JULI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYAWAL 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 18 DAN SELASA, 19 MEI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 18 DAN SELASA, 19 MEI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 18 DAN SELASA, 19 MEI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode Pengukuran Arah Kiblat Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Lebih terperinci

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 BAB III JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 A. Profil Tim Hisab dan Rukyat Hilal serta Perhitungan Falakiyah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH

IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH Arino Bemi Sado Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Email: ari_bemi@yahoo.co.id Abstract: There has been a dispute among Indonesian

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN Bandung Alhamdulillah,

Lebih terperinci